UYAB PLERET COMUNITY
Senin, 25 November 2013
PSN TRISUSILA
Pada jaman kerajaan Mataram masyarakat
Yogyakarta & sekitarnya mengembangkan pencak silat sambil mengajarkan agama
Islam. Trisusila adalah salah satu perkumpulan pencak silat dikala itu. Pada
awalnya Trisusila hanya sebuah perkumpulan yg dibentuk oleh para pendekar
Mataram. Hingga pada jaman penjajahan Trisusila diresmikan menjadi sebuah
perguruan silat oleh bpk. Tajudin di kabupaten Purworejo desa Cangkrep kidul.
Beliau adalah salah satu pendekar Trisusila yang ingin tetap mengembangkan
pencak silat dikala itu, dari sekitar tahun 1940 sampai sekarang Trisusila
terus berkembang di Jawa Tengah. Sampai pada tahun 1997 Trisusila mulai
dikembangkn di DKI JAKARTA, khususnya di wilayah Jakarta Timur. Hingga saat ini
Trisusila terus berkembang & telah terdaftar pada Ikatan Pencak Silat
Indonesia(IPSI).
PSN trisusila adalah perguruan silat yang mengampu ilmu bela diri di SMKN 1 Purworejo lho,dalam PSN Trisusila bahwa ada tiga aspek penting yang harus dimiliki pesilat Trisusila sejati yaitu ; susila batin, susila ucapan dan susila perbuatan.Oleh karena itu diharapkan bahwa PSN Trisusila akan melahirkan pesilat yang tangguh dalam ilmu bela dirinya tetapi tetap berbudi pekerti luhur .
Dan yang harus kita ingat bahwa ilmu yang kita dapatkan itu tidak ada artinya apabila kita simpan sendiri, ilmu itu akan lebih bermanfaat apabila kita gunakan untuk kepentingan orang banyak. MAJU TERUS TRISUSILA, Semoga engkau dapat melahirkan pesilat pesilat baru yang dapat mengbah dunia persiatan menuju yang lebih baik. Amiiien .........
SEJARAH PENCAK SILAT DI INDONESIA
Pencak silat atau silat adalah suatu seni bela diri yang berasal dari Asia Tenggara. Seni bela diri ini secara
luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan sesuai dengan
penyebaran suku bangsa Melayu nusantara. Berkat peranan para pelatih asal
Indonesia, saat ini Vietnam juga telah
memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.Induk organisasi pencak silat di
Indonesia adalah Ikatan Pencak
Silat Indonesia (IPSI). Organisasi yang mewadahi
federasi-federasi pencak silat di berbagai negara adalah Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa (Persilat),
yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Sejarah Pencak Silat – Menurut IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), selaku induk organisasi pencak silat
di indonesia, Pencak Silat merupakan bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia yang berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan berbagai aneka ragam situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, Pencak Silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya. Berkelahi dengan menggunakan teknik pertahanan diri (pencak silat) ialah seni bela diri Asia yang berakar dari budaya Melayu. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura tapi bisa pula ditemukan dalam berbagai variasi di berbagai negara sesuai dengan penyebaran suku Melayu, seperti di Filipina Selatan dan Thailand Selatan. Dalam perjalanan sejarahnya, mayoritas sejarah pencak silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain. Seperti halnya awal mula silat aliran Cimande yang mengisahkan seorang perempuan yang menyakiskan pertarungan antara harimau dan monyet, lalu kemudian ia meniru gerakan pertarungan hewantersebut.
Tradisi silat diturunkan secara lisan dan
menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid, sehingga catatan
tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Sejarah silat dikisahkan
melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain. Legenda Minangkabau,
silat (bahasa Minangkabau: silek) diciptakan
oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapi pada
abad ke-11.[7]
Kemudian silek dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke
seluruh Asia Tenggara. Demikian pula cerita rakyat mengenai
asal mula silat aliran Cimande, yang mengisahkan seorang perempuan yang
mencontoh gerakan pertarungan antara harimau dan monyet. Setiap daerah umumnya
memiliki tokoh persilatan (pendekar) yang dibanggakan, misalnya Prabu
Siliwangi sebagai tokoh pencak silat Sunda Pajajaran,[8] Hang Tuah
panglima Malaka,[9]
Gajah Mada
mahapatih Majapahit[rujukan?] dan Si Pitung
dari Betawi.[rujukan?]
Perkembangan silat secara historis mulai tercatat
ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum penyebar agama Islam pada abad ke-14
di nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran
agama di surau atau pesantren. Silat menjadi bagian dari latihan spiritual. [5]
Dalam budaya beberapa suku bangsa di Indonesia, pencak silat merupakan bagian
tak terpisahkan dalam upacara adatnya. Misalnya kesenian tari Randai yang tak
lain adalah gerakan silek Minangkabau kerap ditampilkan dalam berbagai
perhelatan dan acara adat Minangkabau. Dalam prosesi pernikahan adat Betawi terdapat
tradisi "palang pintu", yaitu peragaan silat Betawi yang dikemas
dalam sebuah sandiwara kecil. Acara ini biasanya digelar sebelum akad nikah,
yaitu sebuah drama kecil yang menceritakan rombongan pengantin pria dalam
perjalanannya menuju rumah pengantin wanita dihadang oleh jawara (pendekar)
kampung setempat yang dikisahkan juga menaruh hati kepada pengantin wanita.
Maka terjadilah pertarungan silat di tengah jalan antara jawara-jawara
penghadang dengan pendekar-pendekar pengiring pengantin pria yang tentu saja
dimenangkan oleh para pengawal pengantin pria.
Silat lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni
tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi
penjajah asing.[9]
Dalam sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda, tercatat para pendekar yang mengangkat
senjata, seperti Panembahan Senopati, Sultan
Agung, Pangeran Diponegoro, Teuku
Cik Di Tiro, Teuku Umar, Imam Bonjol,
serta para pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, Cut
Nyak Dhien, dan Cut Nyak Meutia.[4]
Silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam
pengertian yang luas,[10]
yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok
etnik lainnya yang menggunakan lingua
franca bahasa Melayu di berbagai daerah di Jawa, Bali, Kalimantan,
Sulawesi,
dan pulau-pulau lain-lainnya yang juga mengembangkan beladiri ini.
Menyadari pentingnya mengembangkan peranan pencak
silat maka dirasa perlu adanya organisasi pencak silat yang bersifat nasional,
yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Pada
tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)[4]
Kini IPSI tercatat sebagai organisasi silat nasional tertua di dunia.
Pada 11 Maret 1980, Persatuan Pencak Silat
Antarbangsa (Persilat) didirikan atas prakarsa Eddie M. Nalapraya (Indonesia),
yang saat itu menjabat ketua IPSI.[6]
Acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari Malaysia, Singapura,
dan Brunei Darussalam.[6]
Keempat negara itu termasuk Indonesia, ditetapkan sebagai pendiri Persilat.[6]
Beberapa organisasi silat nasional antara lain
adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan
Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat
Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam
(PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di
Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang
olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.
ISTILAH DALAM PENCAK SILAT
- Kuda-kuda: adalah posisi menapak kaki untuk memperkokoh posisi tubuh. Kuda-kuda yang kuat dan kokoh penting untuk mempertahankan posisi tubuh agar tidak mudah dijatuhkan. Kuda-kuda juga penting untuk menahan dorongan atau menjadi dasar titik tolak serangan (tendangan atau pukulan).
- Sikap dan Gerak: Pencak silat ialah sistem yang terdiri atas sikap (posisi) dan gerak-gerik (pergerakan). Ketika seorang pesilat bergerak ketika bertarung, sikap dan gerakannya berubah mengikuti perubahan posisi lawan secara berkelanjutan. Segera setelah menemukan kelemahan pertahanan lawan, maka pesilat akan mencoba mengalahkan lawan dengan suatu serangan yang cepat.
- Langkah: Ciri khas dari Silat adalah penggunaan langkah. Langkah ini penting di dalam permainan silat yang baik dan benar. Ada beberapa pola langkah yang dikenali, contohnya langkah tiga dan langkah empat.
- Kembangan: adalah gerakan tangan dan sikap tubuh yang
dilakukan sambil memperhatikan, mewaspadai gerak-gerik musuh, sekaligus
mengintai celah pertahanan musuh. Kembangan utama biasanya dilakukan
pada awal laga dan dapat bersifat mengantisipasi serangan atau
mengelabui musuh. Seringkali gerakan kembangan silat menyerupai tarian
atau dalam maenpo Sunda menyerupai ngibing (berjoget). Kembangan adalah salah satu bagian penilaian utama dalam seni pencak silat yang mengutamakan keindahan gerakan.
- Buah: Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan dan menyerang. Secara tradisional istilah teknik ini dapat disamakan dengan buah. Pesilat biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan telapak kaki dalam serangan. Teknik umum termasuk tendangan, pukulan, sandungan, sapuan, mengunci, melempar, menahan, mematahkan tulang sendi, dan lain-lain.
- Jurus: pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian gerakan dasar untuk tubuh bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan untuk menguasai penggunaan teknik-teknik lanjutan pencak silat (buah), saat dilakukan untuk berlatih secara tunggal atau berpasangan. Penggunaan langkah, atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan penggunaan pengaturan kaki. Saat digabungkan, itulah Dasar Pasan, atau aliran seluruh tubuh.
- Sapuan dan Guntingan: adalah salah satu jenis buah (teknik) menjatuhkan musuh dengan menyerang kuda-kuda musuh, yakni menendang dengan menyapu atau menjepit (menggunting) kaki musuh, sehingga musuh kehilangan keseimbangan dan jatuh.
- Kuncian: adalah teknik untuk melumpuhkan lawan agar tidak berdaya, tidak dapat bergerak, atau untuk melucuti senjata musuh. Kuncian melibatkan gerakan menghindar, tipuan, dan gerakan cepat yang biasanya mengincar pergelangan tangan, lengan, leher, dagu, atau bahu musuh.
TATA TERTIB PENCAK SILAT
Sejalan dengan norma dan nilai
budaya khususnya di Indonesia, terdapat beberapa peraturan yang harus
diperhatikan dan dilakukan dengan seksama ketika berlatih pencak silat, di
antaranya sebagai berikut.[6]
- Upacara pembukaan latihan yang terdiri atas:
- Menyiapkan barisan;
- Berdoa dipimpin oleh pelatih;
- Pembacaan "prasetya pesilat Indonesia"
- Penghormatan kepada pelatih, dipimpin oleh pemimpin barisan.
- Pemanasan
- Latihan inti
- Pendinginan
Upacara penutupan latihan diakhiri dengan penghormatan
dan berjabat tangan
NILAI POSITIF PENCAK SILAT
Beberapa nilai positif yang diperoleh dalam olahraga beladiri pencak silat adalah:[2]
- Kesehatan dan kebugaran;
- Membangkitkan rasa percaya diri;
- Melatih ketahanan mental;
- Mengembangkan kewaspadaan diri yang tinggi;
- Membina sportifitas dan jiwa ksatria;
- Disiplin dan keuletan yang lebih tinggi.
Langganan:
Postingan (Atom)